04 Juli 2022

Legenda Asal Usul Nama Banyuwangi - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.


Legenda Asal Usul Nama Banyuwangi

Konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa, yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya, sang raja dibantu seorang patih yang gagah berani, arif dan tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri Tanjung sangat elok parasnya dan lembut tutur katanya. Sehingga membuat raja tergila-gila kepadanya. Agar tercapainya hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung, dengan akal liciknya sang raja memerintahkan Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang patih berangkat untuk menjalankan titah raja. Sepeninggal Patih Sidopekso, Prabu Sulahkromo berusaha merayu, bahkan memfitnah Sidopekso, dengan segala tipu dayanya. Namun cinta sang raja hanya bertepuk sebelah tangan, karena Sri Tanjung tetap setia sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Hati sang raja pun membara dibakar api cemburu dan murka, setelah cintanya ditolak oleh Sri Tanjung.

Setelah kembali dari misi tugasnya, Patih Sidopekso langsung menghadap raja. Akal busuk sang raja muncul, dia memfitnah istri Patih Sidopekso dengan menceritakan bahwa sepeninggal patih saat menjalankan titah raja, Sri Tanjung mendatangi dan merayu, lalu berselingkuh dengan raja.

Rupanya, Patih Sidopekso terpengaruh cerita sang raja. Sang patih langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan. Pengakuan Sri Tanjung yang jujur tak menggoyahkan hati Patih Sidopekso yang terlanjur panas terbakar rasa amarah. Bahkan sang patih yang tak mampu membendung emosinya mengancam akan membunuh istri setianya itu.

Sri Tanjung diseret ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dan istrinya sebagai bukti kejujuran kesucian dan kesetiaannya. Sri Tanjung rela dibunuh, tetapi dia minta jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu. Apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk berarti dirinya telah melanggar kesetiaan. Tetapi, jika air sungai berbau harum berarti dia tidak bersalah. 

Share This:    Facebook  Twitter