04 Juli 2022

Sejarah Banyuwangi - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.


Sejarah Banyuwangi

Berdasarkan data-data sejarah Blambangan, tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa paling bersejarah yang ditetapkan sebagai Hari Jadi Banyuwangi. Saat itu, terjadi peristiwa puncak perang Puputan Bayu.

Sebenarnya ada peristiwa lain yang mendahuluinya, yang juga heroik-patriotik, yaitu peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger (Putra Wong Agung Wilis) ke Benteng VOC di Banyualit pada tahun 1768. Namun sayang, peristiwa tersebut tidak tercatat secara lengkap tanggal terjadinya. Selain itu, dalam penyerangan tersebut kubu pejuang Blambangan kalah total, sedangkan pihak musuh nyaris tidak menderita kerugian apapun. Pada peristiwa ini Pangeran Puger gugur, sedangkan Wong Agung Wilis terluka dan ditangkap, setelah dihancurkannya Lateng. Kemudian, beliau dibuang ke Pulau Banda. 

Berdasarkan data sejarah, nama Banyuwangi tidak terlepas dengan Kerajaan Blambangan. Sejak zaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan sampaj ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan. Nah, pada tahun 1743, Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC. Saat itu, VOC sudah merasa Blambangan menjadi miliknya. Namun, untuk sementara masih dibiarkan sebagai barang simpanan, dan baru akan dikelola sewaktu-waktu ketika sudah diperlukan. Bahkan ketika Danuningrat meminta bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik untuk melihat Blambangan, yang pada waktu itu disebut Tirtaganda, Tirtaarum atau Tuyoarum. 

Kala itu, VOC langsung bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. Secara umum, dalam peperangan yang terjadi selama 5 tahun, pada tahun 1767-1772 itu, VOC memang berusaha untuk merebut seluruh Blambangan. Namun secara khusus, sebenarnya VOC terdorong untuk segera merebut Banyuwangi, yang waktu itu mulai berkembang menjadi pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai Inggris. 

Jadi, sudah jelas bahwa lahirnya sebuah tempat, yang kemudian terkenal dengan nama Banyuwangi, telah menjadi kasus jual-beli terjadinya peperangan dahsyat, perang Puputan Bayu. Kalau saja Inggris tidak bercokol di Banyuwangi pada tahun 1766, mungkin VOC tidak akan buru-buru melakukan ekspansi ke Blambangan pada tahun 1767. Dan karena peristiwa itu, puncak perang Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771. Dengan demikian terdapat hubungan erat antara perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah tempat bernama Banyuwangi. Dengan kata lain, perang Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi. Jadi, penetapan tanggal 18 Desember 1771 sebagai Hari Jadi Banyuwangi didasarkan kepada fakta-fakta sejarah tersebut.

Share This:    Facebook  Twitter