13 Mei 2019

Aku dan MTB Federal Indonesia

MTB Federal Indonesia
We Recycle, Rebuild & Conserve
komunitas mtb federal
Dikutip dari MTBFederal.com - MTB Federal Indonesia merupakan sebuah komunitas pecinta sepeda lawas  buatan Indonesia bermerek Federal™ yang terbentuk pada 16 Januari 2009 berawal dari grup di situs jejaring sosial Facebook. Dari tahun ke tahun anggota grup semakin banyak dan hingga terlaksana sebuah acara berkumpul langsung atau istilah populernya kopi darat. Acara tersebut bernama Tunjukkan Federalmu atau disingkat TF yang diadakan tiap-tiap daerah dalam periode tertentu.

Saya sendiri mengetahui  dan bergabung di group MTB Federal ini sekitar tahun 2013an akhir kalau nggak salah ingat. Pada saat itu saya menyadari bahwa dalam kehidupan ini membutuhkan semacam penyeimbang kegiatan (hiburan positif) diluar pekerjaan yang kadang menjenuhkan. Saya sendiri tidak memiliki hobi seperti orang pada umumya seperti hobi memancing misalnya. Pada saat itu saya terpikir dengan kata "sepeda". Kata sepeda terilhami dari sebuah ajang olahraga balap sepeda (ITdBI) di kota kelahiran saya sendiri yaitu Banyuwangi beberapa belakangan ini.
 
sepeda federal
2013-10-11 | Federal City Cat
Pada awalnya, saya tertarik untuk mencari rujukan/referensi tentang sepeda balap/roadbike. Entah kenapa dalam pencarian tersebut, saya malah dipertemukan oleh komunitas ini. Dan entah mungkin sudah jodohnya yang sudah digariskan oleh Tuhan, saya menemukan sepeda Federal di gudang tempat saya bekerja. Singkat cerita, terjadilah negosiasi antara saya dan si Bos. Cukup lama memang, antara awal negosiasi sampai benar-benar dilepaskan untuk saya pinang. Alhamdulillah memang sudah jodohnya tadi mungkin, diberikannya sepeda ini dengan gratis dan hanya dibayar dengan syarat "siap membantu memasang peralatan yang ada di kantor cabang" pada saat itu.

Sebenarnya ada 2 unit sebuah di gudang saat itu. Tapi hanya boleh dibawa 1 unit saja. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih dan membawa Federal City Cat warna putih biru. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bersemangat untuk mengendarainya walaupun hanya untuk keliling kampung atau ber-bike to work ke tempat kerja setiap hari. Memang selalu ada cerita yang menarik dari sepeda Federal ini dan lebih banyak cerita kembali di dalam komunitas sepeda federal ini.

Andius w

BUTUH WAKTU LAMA
Karena kondisinya yang masih baik dan original termasuk bannya, jadi tidak perlu lama untuk bisa segera dipakai. Hanya perlu melakukan perbaikan kecil di setiap sisinya. Yang memerlukan proses lama itu adalah mempersiapkan diri untuk tidak malu/gengsi untuk menaiki sepeda tua/jadul nan kusam di sela-sela sepeda model mtb yang modern pada saat ini. Awalnya cukup canggung karena selain sudah lama tidak pernah naik sepeda, juga kondisi sepeda yang sudah masuk nominasi model rongsokan. Tapi semua itu tertolong dengan adanya kata istilah "Vintage" dan semangat-semangat yang luar biasa dari adanya sebuah komunitas. Semacam motivasi yang luar biasa dari sebuah komunitas MTB Federal, saya menjadi merasa percaya diri untuk menaiki sepeda ini setiap harinya.


Setelah percaya diri muncul dan menjadi nyaman bahkan ketergantungan terhadap sepeda ini, munculah rasa untuk mengupgrade dari yang masih original polosan menjadi model touring. Yah, proses ini cukup menyakitkan bagi saya. Karena proses ini memerlukan tidak sedikit biaya, apalagi bagi karyawan kecil seperti saya yang gajinya masih cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

Tapi itulah "seninya".
Didalam proses-proses yang ada, pelan-pelan, sedikit demi sedikit, nabung, nyicil beli komponen, sampai waktu ini malah seperti timbul rasa ikatan batin antara sepeda dengan pemiliknya. Dan sampai detik ini, saya masih melakukan proses....

Federal Banyuwangi
MTB Federal Chapter Banyuwangi itu sejatinya ada tapi belum ada. Ternyata ada beberapa pemakai sepeda Federal dan mengerti komunitas Federal. Tapi untuk pembetukan chapter Federal Banyuwangi masih sebatas wacana menurut saya. Ada Federalist yang bernama Mas Agus berdomisili di Tegalsari beserta beberapa kawan dengan menamakan Federal Santri Mancal Sarung.
Kenapa Federal Santri Mancal Sarung ?, karena mayoritas kawan-kawan disana adalah merupakan santri pondok. Saya sendiri bertemu & berkenalan dengan Mas Agus secara tidak sengaja. Karena dia merupakan masih tetangga saudaranya istri saya yang ada di Tegalsari. Ya... masih bisa dikatakan ada jalur tali persaudaraan, tapi agak jauh.
Tapi chapter ini belum sepenuhnya mewakili nama daerah Banyuwangi sebagai identitas. Ada beberapa usulan dan ide yang muncul untuk membentuk chapter di Banyuwangi dengan nama Fed Wangi (Federal Banyuwangi). Tapi entahlah sampai saat ini belum 100% fix terbentuk secara simbolis oleh kawan-kawan.

Tapi untuk identitas dikomunitas pusat, sudah tercatat dengan nama FEDWANGI atau Federal Banyuwangi. Terlepas dari identitas chapter seperti itu, kita semua bangga naik sepeda Federal dengan sebutan FEDERALIST dengan slogan "Satu Sepeda, Sejuta Saudara".

Mantab pakai B.

29 April 2019

28 April 2019 - Rowo Bayu ning Green Gumuk Candi

28 April 2019
Rowo Bayu ning Green Gumuk Candi

Setelah beristirahat di Rowo Bayu, kami melanjutkan ke GGC (Green Gumuk Candi) yang berjarak sekitar ±9 km. Dari Rowo Bayu sampai pasar Songgon, kami selalu memegang rem & meluncur sangat cepat, dikarenakan jalanya menurun.

Ini menguntungkan bagi kami untuk menghemat tenaga tanpa mengayuh pedal sekaligus menakutkan. Karena ada hal tak terduga yang tiba-tiba melintas dijalanan.

Yup, kami sampai di pasar songgon dengan aroma khas buah durian. Tapi kami bersepeda tidak untuk itu. Haha..
Oh lihat.... wajah Yanto yang kelelahan dan menahan rasa sakit kakinya. Semoga semangantanya tidak menurun.

Yanto Melanjutkan Perbaikan Sepedanya
Dalam perjalanan menuju GGC, kami mengalami masalah. Hari yang tidak beruntung bagi Yanto. Pengoper belakang sepedanya rusak dan kami tidak membawa cukup alat untuk memperbaikinya. Kami hanya membawa tang kecil yang tidak cukup kuat untuk memperbaikinya. Setelah menenangkan pikiran, kami mendapat ide untuk meminjam sebuah tang besar ke penduduk setempat. Kami sangat beruntung masih ada orang yang baik. Setelah kami memperbaikinya walau tidak 100 persen dan seharusnya diganti, tapi kami masih bisa melanjutkan perjalanan.
Sambutan Hangat Dari Uus & Haris
Kami memutuskan untuk melanjutkan sampai tujuan kami yaitu GGC (Green Gumuk Candi). Setelah kami sempatkan untuk ambil foto, kami putuskan untuk mampir di rumah teman kami yang berjarak ±3 km. Teman kami adalah pengantin baru, ia baru saja melakukan pernikahannya. Disini kami disambut hangat dengan suguhan berbagai makanan kue. Sembari mengobrol kami melanjutkan perbaikan sepeda kami yang rusak. Terima kasih Uus & Haris, akhirnya kami bisa mengsisi tenaga kami kembali dan pulang dengan selamat.

Perjalanan Sebelumnya : Mancal ning Rowo Bayu

28 April 2019 - Mancal Ning Rowo Bayu

28 April 2019
Mancal Ning Rowo Bayu
Pertapaan Prabu Tawang Alun Macan Putih Rowo Bayu
Dimulai dengan semangat yang kurang & didukung oleh rasa malas yang berkelanjutan. Pagi yang mendung dan malam sebelumnya yang hujan cukup menciutkan rencana bersepeda hari ini. Bangun tidur yang sedikit lewat dari jadwal dan panggilan suara subuh toa/speaker masjid yang tak terhiraukan.

Yup, setelah mengadu pilihan antara berangkat tidak berangkat tidak, akhirnya diputuskan untuk berangkat. Karena ada sebuah teman di belahan kecamatan sana yang juga sudah siap bertemu dititik yang sudah kami tentukan sebelumnya. Kami bertemu di Singojuruh untuk melanjutkan dengan tujuan Rowo Bayu, Songgon.

Taman Gendoh

Yup, akhirnya saya berangkat dengan tanpa persiapan membawa kebutuhan seperti biasanya yaitu air & biskuit. Dalam perjalanan saya niatkan untuk berhenti disebuah minimarket yang ada di depan Taman Gendoh untuk membeli kebutuhan air & biskuit. Namun apa daya, minimarket belum buka karena masih pagi. Ah... apesnya.

Saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan tujuan ke arah titik pertemuan (Singojuruh). Untungnya suasana masih pagi dan tidak begitu panas. Jadi cukup aman untuk menghindari dehidrasi.

Warung Seblang Singojuruh

Akhirnya setelah beberapa kilo meter, kami bertemu dan langsung saya meminta sedikit air pada teman saya. Setelah berada didepan warung Seblang, saya berniat berhenti untuk membeli air di minimarketnya. Ahh...... lagi-lagi saya kurang beruntung, minimarketnya masih tutup dan hanya mengambil beberapa foto di depan warung tersebut.

Kami meneruskan perjalanan ke Rowo Bayu. Perjalanan menuju Rowo Bayu kami putuskan melalui jalur desa Padang ke Bedewang & terus Songgon.

Bedewang

Jalan cukup menanjak dan hanya ada beberapa kilo yang rata dengan kondisi cukup rusak dibeberapa titik. Kami beberapa kali berhenti untuk mengistirahatkan badan dan mengumpulkan energi. Selang beberapa waktu, tak terasa kami sampai di sekitar pasar Impres Songgon.  

Yanto, sedang mengistirahatkan badanya ditepi jalan Bedewang dengan pemandangan yang asri dan udara yang masih segar.


Setelah beristirahat yang cukup dan kembali kuat, kami melanjutkan menuju Rowo Bayu dengan jalan yang menanjak. Semakin menanjak, semakin banyak air minum yang kami habiskan untuk menuju lokasi Rowo Bayu.

Rowo Bayu adalah sebuah kolam rawa yang di area ini ada tempat petilasan dari pertapaan Prabu Tawang Alun Macan Putih. Rowo Bayu terletak di desa Bayu kecamatan Songgon. Rowo Bayu selain menjadi tempat tujuan jiarah umat Hindu, juga dibuka untuk umum sebagai tempat wana wisata. Lokasinya yang sejuk dengan banyak pepohonan serta perkebunan pinus yang menjulang tinggi.

Monumen Perang Puputan Bayu 1771

Monumen Peringatan Perang Puputan Bayu (Tetenger Perang Puputan Bayu) 18 Desember 1771.

Dari monumen ini jalan makin menanjak dan kami banyak mendorong sepeda. Yanto mendorong sepedanya sampai jauh.
Desa Bayu Songgon
 Alhamdulillah saya masih diberi energi ekstra untuk tetap mengayuh pedal.
Desa Songgon Banyuwangi

Selalu ada banyak alasan untuk tidak terlihat lemah. Haha...
Di tanjakan kami bertemu 3 wanita petani yang habis pulang dari sawah.
Pada saat mengambil foto posisi duduk, Yanto mencoba menahan rasa sakit pada kakinya. Lihat wajahnya yang sedikit mengerang kesakitan.
Wisata Rowo Bayu Songgon Banyuwangi
 1 km lagi.
Ah... tujuan yang sempurna untuk didatangi. Alamnya yang indah, segar, sejuk memberikan kedamaian yang sebenarnya.

Situs pertapaan Prabu Tawang Alun rowo bayu
Lokasi "Pertapaan Prabu Tawang Alun" untuk bisa masuk dan jiarah/berdo'a didalamnya anda harus meminta ijin kepada penjaganya (juru kunci).
Rowo Bayu Bukan Desa KKN Sang Penari

Lokasi kolam rawa yang asri dikelilingi oleh pepohohan dan berbagai macam tumbuhuan semak.
Rowo Bayu Bukan Desa KKN Sang Penari

Perjalanan Selanjutnya :  Rowo Bayu ning GGC (Green Gumuk Candi)

14 April 2019

13 April 2019 - Pura Anta Boga ning Air Terjun Watu Gedek

13 April 2019
Pura Anta Boga ning Air Terjun Watu Gedek

Setelah menunggu hujan dan akhirnya reda, kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun Watu Gedek di dusun Parastembok desa Jambewangi. Berjarak ±5 km dari Anta Boga, kami melewati jalan di tengah perkebunan pinus (Persil) dengan kondisi basah dan licin. Suasana yang sudah mulai redup karena sore dan mendung membuat keadaan menjadi nikmat dan syahdu.

Yup, tak banyak yang bisa kami lakukan di sepanjang jalan ini selain terus mengayuh pedal. Karena kami harus sampai di lokasi tujuan sebelum gelap/malam. Ini merupakan tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami sebelum pulang.

Memasak mie instan dengan bahan bakar kayu. Tapi sangat sulit membakar kayu basah karena habis terkena air hujan. Tapi tak menyurutkan semangat kami untuk terus membuatnya menyala. Haha.... Mereka berdua sangat senang sekali menikmati suasana seperti ini.
Menikmati mie instan panas dan kopi di alam terbuka adalah penutup yang sempurna untuk perjalanan yang penuh semangat ini.

Perjalanan Sebelumnya : Air Terjun Legomoro ning Anta Boga

13 April 2019 - Air Terjun Legomoro ning Pura Anta Boga

13 April 2019
Air Terjun Legomoro ning Pura Anta Boga

Perjalanan selanjutnya adalah Pura Anta Boga yang berjarak ±5 km dari lokasi air terjun Legomoro. Setelah keluar sedikit dari perkebunan hutan pinus yang berada di area air terjun Legomoro. Kami melewati jalan beraspal yang beberapa bagian ada kerusakan.

Cuaca cukup panas karena matahari berada di atas kepala sekitar jam 12 siang. Perjalanan cukup mudah sebelum masuk hutan kembali dengan jalan bebatuan.
Udara dan hawanya langsung sejuk ketika mendekati Anta Boga. Anta boga adalah tempat wisata religi yang berada di bawah kawasan kaki gunung Raung. Sehingga hawa dingin dan sejuk sangat terasa di tempat ini.
Tempatnya yang berhawa dingin, asri dan terjaga membuat tanah disini berlumut. Sehinga menambah kesan yang adem(dingin) sejauh mata memandang.
Yanto & Yoyok sedang mengambil beberapa foto untuk dibagikan.
Anta Boga merupakan tempat wisata religi karena dulu pernah menjadi petilasan Prabu Tawang Alun Macan Putih pada masa kerajaan nusantara terutama Jawa. Disini terdapat 5 tempat ibadah sekaligus mulai dari Hindu, Budha, Kristen, Katolik & Islam.
Patung Dewi Kwan im
Musholla / Langgar
Tempat sembahyangan Umat Hindu
Patung Ratu Laut Selatan
Patung Bunda Maria
Selang beberapa waktu, cuaca disini mendung dan turun hujan dengan lebat. dan kami berlari keluar dan menuju warung untuk berteduh.

Sungguh nikmat bisa menikmati hujan di tengah hutan. Menambah kedamaian dan ketenangan. Malas rasanya untuk bergerak kembali.

Yanto & Yoyok sedang menunggu hujan reda. Tidak ada yang bisa banyak kami lakukan selain menunggu hujan reda dan menikmati secangkir kopi hangat sampai habis. Sesekali kami bercanda (guyon) untuk menghibur satu sama lain.



Perjalanan Sebelumnya : Glenmore ning Air Terjun Legomoro
Perjalanan Selanjutnya : Anta Boga ning Air Terjun Watu Gedek

13 April 2019 - Glenmore ning Air Terjun Legomoro

13 April 2019
Glenmore ning Air Terjun Legomoro

Setelah mengambil beberapa foto di area PT. Glenmore, kami meneruskan perjalanan menuju air terjun Legomoro yang berjarak ± 6 km. Pemandangan pohon karet disepanjang jalan dan udara yang segar dengan beberapa pemukiman penduduk di area perkebunan tersebut.
 Ayo semangat......!!! Yanto & Yoyok mendorong sepedanya dikarenakan jalan menanjak.
Sesekali kami mendorong, karena selain menghemat tenaga juga disebabkan jalan menanjak dengan kondisi bebatuan.
Sebuah petunjuk arah yang menggemberikan, karena dari sini lokasi air terjun Legomoro sudah cukup dekat.
Ye...... kami berhasil mencapai tujuan air terjun Legomoro. Kayuhan kami terbayarkan dengan keindahan alam air terjun Legomoro yang asri.
wisata air terjun legomoro glenmore
Pemandangan yang indah
Tampak air terjun kecil yang berada di bawah aliran air terjun Legomoro

Ah... mendelok (melihat) pemandangan seperti ini dan menghirup udaranya yang segar menjadi kami malas bergerak kembali. Disini kami memutuskan untuk beristirahat cukup lama sebelum melanjutkan perjalanan menuju Anta Boga.
Yanto & Yoyok tertidur disebuah gubuk dekat air terjun karena kelelahan sebelum akhirnya mereka mencoba mandi di air terjun Legomoro.
Kami mencoba menikmati kesegaran airnya dengan mandi dan sedikit berenang.

Perjalanan Sebelumnya : Genteng ning Glenmore
Perjalanan Selanjutnya : Air Terjun Legomoro ning Pura Anta Boga

13 April 2019 - Mancal ning Glenmore

13 April 2019
Mancal ning Glenmore

Ini perjalanan yang menyenangkan dan tidak sendirian. Perjalanan kali ini ditemani oleh 2 teman pesepeda (Yoyok & Yanto). Mereka semua sangat bersemangat terutama si Yanto. Ini adalah pengalaman yang melelahkan baginya.

Ia seorang yang jarang bersepeda, bahkan hampir tidak bersepeda. Kali ini mendapatkan kesempatan bersepeda mtb bersama saya dan Yoyok. Kalau Yoyok tidak perlu dikhawatirkan, ia seorang pesepeda yang rutin. Ia tergabung dalam komunitas FBC Srono (Fun Bike Community Srono).

Kali ini mereka berdua harus mengikuti tipe pesepeda petouring seperti saya. *Walau touring antar desa saja. He.....
Yup, tipe petouring adalah pesepeda yang berangkat sampai pulang kembali tetap mengayuh pedal. Tidak seperti para pesepeda MTB yang sedang mengikuti sebuah acara. Dimana harus "loading" atau diangkut terlebih dahulu menuju lokasi start dan dijemput dilokasi finish.

Oke... Yanto dan saya berangkat bersama dari rumah saya dan Yoyok berangkat dari rumahnya Srono dan bertemu dititik kota Genteng.
Setelah bertemu, mereka berdua mengawalinya dengan sarapan nasi pecel yang berada di seputaran kota Genteng. Saya sendiri tidak ikut sarapan bersama mereka, karena sudah sarapan terlebih dahulu ketika habis subuh.

RTH Glenmore - Air Terjun Legomoro

Setelah sarapan kami mulai bergerak bersama menuju arah kota Glenmore dengan tujuan RTH Glenmore. Kami berhenti sebentar dan sedikit mengambil foto bersama.

Oke, setelah itu kita lanjut menuju Air Terjun Legomoro. Tapi sebelum sampai di air terjun Legomoro, kami memutuskan untuk mampir di area PT. Glenmore dan seperti biasa kami mengambil sedikit foto sembari mengatur nafas.
Glenmore

Disini terdapat perkebunan kakao dan karet yang cukup luas. Terdapat beberapa pemukiman penduduk dengan suasana yang asri nan indah khas perkebunan.

Dikarenakan saya yang lebih tahu area dan arah jalan, maka secara tidak langsung mereka mengakui bahwa saya sebagai "Leader". Haha....
Sebagai leader yang baik dan cukup menguasai data, maka sesekali saya bohongi mereka tentang jarak yang harus ditempuh. Sekalipun lokasi tujuan masih jauh, tetap saya bilang "dekat, tinggal sedikit lagi semangat" Haha...
Glenmore

Perjalanan ini cukup melelahkan, selain menempuh jarak yang cukup panjang juga dipengaruhi oleh cuaca yang cukup panas. Sesekali kami bercanda dan saling mengejek satu sama lain untuk tujuan mengurangi rasa lelah.

Banyak semangat yang luar biasa dari mereka berdua untuk tetap mengayuh pedal sampai tujuan.

Perjalanan Selanjutnya : Glenmore ning Air Terjun Legomoro