Tampilkan postingan dengan label Jelajah Banyuwangi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jelajah Banyuwangi. Tampilkan semua postingan

31 Juli 2022

Petik Laut Pantai Lampon Juli 2022 - Gowes 1 Suro

Gowes 1 Suro - Petik Laut Pantai Lampon, Banyuwangi

Hari ini sebenarnya tidak sengaja menyaksikan acara Petik Laut di pantai Lampon, Banyuwangi. Pantai yang terletak di wilayah selatan Banyuwangi ini, terkenal dengan pelabuhan perikanan yang cukup ramai selain Muncar & Grajagan. Karena masuk wilayah pantai selatan, gelombang ombak di pantai Lampon terbilang tinggi dan cukup membahayakan. Tapi bagi para nelayan disana, hal itu sudah biasa & tidak begitu menakutkan, walaupun ada beberapa kejadian yang cukup sering menewaskan beberapa nelayan disana karena gelombang yang cukup tinggi.

Pantai Lampon, Pesanggaran Banyuwangi

Hari ini jadwal melihat acara petik laut pantai Lampon tidak ada dalam jadwal gowes saya. Saya cuma menjadwalkan gowes di area gunung Srawet dan sekitarnya hanya untuk melepaskan rasa kangen bersepeda setelah sekian purnama jarang atau hampir tidak gowes sama sekali.

Saya merencanakan gowes di seputaran gunung Srawet dan berkunjung di rumah teman saya Fauzi dan pulang sebelum waktu dzuhur. Karena sebelumnya saya ijin hanya gowes di dekat-dekat rumah saja dan pulang mungkin pulang sebelum waktu dzuhur. Karena niatnya seperti itu, saya tidak membawa perabotan yang lengkap seperti biasanya.

Tapi Tuhan berkehendak lain, saya & fauzi malah di arahkan ke wilayah Pesanggaran yang tepatnya di wilayah Pantai Lampon. Sebelum berangkat kesana kami harus mempersiapkan sepedanya fauzi yang dikarenakan tidak pernah disentuh dalam waktu yang lama. Ban yang kempes dan rantai yang perlu di lumasi dengan minyak.

Setelah persiapan selesai kami gowes dengan arah tujuan yang tidak tentu. Setelah bermusyawarah sembari gowes, kami memutuskan untuk menuju pantai, tapi pantai mana yang akan kami tuju masih belum tahu. Beberapa meter berselang kami memutuskan untuk menuju pantai Lampon yang ada diwilayah Pesanggaran dan dikarenakan jarak paling terdekat dari rumah kami.

Kami memutuskan untuk mencari lokasi yang dekat, karena kami menghitung kekuatan kami yang sudah jarang dilatih karena kelamaan tidak gowes.

Jarak antara rumah fauzi dengan pantai Lampon sekitar 20 km-an, atau 30 km-an dari kota Jajag.

Baiklah kami mengisi bahan bakar dulu dengan sebungkus nasi kuning seharga Rp. 5.000,- dan ditambah beberapa buah pisang goreng. Pisang goreng kami hajar sembari menggowes sepeda di jalanan tidak terasa sampai habis sembari ngobrol kanan kiri.

Sego Kuning

Singkat perjalanan, kami memasuki wilayah perkampungan menuju pantai Lampon. Di jalan kami heran dan sedikit bertanya kenapa ada banyak orang menuju pantai Lampon. Anehnya juga banyak orang-orang adat memakai pakaian adatnya ramai-ramai menuju pantai lampon juga.

Karena semakin penasaran, maka kami semakin yakin untuk menuju pantai Lampon. Ealah dalah....... tibaknya disana sedang diadakan acara tradisi Petik Laut dalam rangka menyambut tahun baru islam hijriyah atau orang lebih mengenalnya dengan Suroan atau 1 Suro. Acara tradisi yang sangat sakral ini di isi dengan berbagai kegiatan seperti Selamatan, Ruwatan, Do'a Bersama dan berbagai acara penting lainnya.

Alhamdulillah dapat menyaksikan acara tradisi yang sakral ini yang saat itu turut hadir juga bupati Banyuwangi yaitu Bu Ipuk beserta Bapak Anas, walaupun saya tidak sampai menyaksikannya sampai selesai karena terbentur ijin waktu gowes & ada rencana yang perlu di selesaikan saat itu juga.

Pantai Lampon, Banyuwangi
Pantai Lampon

Pantai Parang Semar Lampon Banyuwangi
Parang Semar

Video !


Data Aplikasi Strava - Berngakat !

Arti Kata !

Sego Kuning (Nasi Kuning) : Makanan yang terbuat dari nasi yang sudah di olah dan berwarna kuning. Warna kuning adalah warna alami dari rempah-rempah yang bernama kunyit (kunir). Biasanya disajikan bersama irisan telur dan srundeng (kelapa). Rasanya tidak pedas dan ada tambahan sambal sendiri bagi anda yang suka pedas.
  • Sego : Nasi (Rice)
  • Kuning : Kuning (Yellow)

Share This:    Facebook  Twitter

06 Juli 2022

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC)

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) merupakan karnaval yang sangat unĂ­k, karena mengangkat tema etnik tradisional kontemporer dari budaya lokal.

Tujuan utama Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) adalah untuk menjebatani antara modernitas dengan seni budaya lokal khas Banyuwangi yang dikemas dalam kamaval bertaraf Internasional sehingga lebih memiliki nilai jual dalam pengembangan pariwisata seni dan budaya.

Para peserta karnaval akan mengenakan kostum sesuai tema dengan kreasi dan kreativitas dari setiap kostum yang akan menampilkan dan memberikan nuansa dengan menonjolkan warna-warni yang menarik dengan desain yang sangat indah. Gaung BEC tidak hanya terasa di Kabupaten Banyuwangi tetapi terdengar di luar daerah di seluruh Indonesia, bahkan hingga Luar negeri.

Karnaval disepanjang jalan protokol Kabupaten Banyuwangi itu mampu menyedot antusias ribuan penonton tidak hanya dari Banyuwangi saja, bahkan warga dari luar Banyuwangi menyempatkan hadir untuk menonton karnaval spektakuler, juga wisatawan manca negara yang mengabadikan momen akbar tersebut. Multiplayer efek yang ditimbulkan juga luar biasa besar. BEC mampu menjadi pemicu munculnya kegiatan ekonomi kreatif di kalangan masyarakat.

Share This:    Facebook  Twitter

Busana Pengantin Daerah Banyuwangi - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Busana Pengantin Daerah Banyuwangi

Banyuwangi memiliki keanekaragaman yang cukup dalam hal busana pengantin, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok sebagaimana pengelompokan jenis kehidupan budaya Banyuwangi pada umumnya yaitu :

  • Wilayah budaya daerah Jawa, bersumber pada kehidupan budaya kraton baik solo maupun Yogyakarta.
  • Wilayah budaya using yaitu budaya masyarakat asli daerah Banyuwangi yang pada perkembangan awalnya terisolir oleh keberadaan Gunung Gumitir, Raung, Ijen dan Baluran.
  • Wilayah budaya Madura yaitu daerah-daerah yang kemudian dihuni oleh masyarakat Madura, seperta yang berada di daerah sepanjang pantai dan perkebunan.
  • Wilayah budaya Bali yaitu masyarakat yang sebagian besar masih memeluk agama hindu. 

Share This:    Facebook  Twitter

Busana Tradisional Jebeng Thulik - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Busana Tradisional Jebeng Thulik Banyuwangi

Busana Jebeng dan Thulik Banyuwangi memiliki ciri khas tersendiri. Busana Thulik, yaitu udheng tongkosan dan sembong batik khas Banyuwangi yakni motif Gajah Oling, Paras Gempal, Moto Pitik, dan lain-lain. Celana dipadu jas tertutup pro badan dengan aksesoris rantai jam dilengkapi bendel hiasan dan mengenakan sandal selop.

Jebeng mengenakan kebaya dan kerudung berenda, sanggul bentuk gelung dengan aksesoris mawar atau melati. Kain sarung batik khas Banyuwangi yaitu motif Kangkung Setingkes, Gringsing dan lain-lain. Jebeng juga mengenakan aksesoris anting-anting greol, gelang motif ular, tebu sekeret atau plintiran dengan sandal selop. 

Share This:    Facebook  Twitter

Kesenian Barong - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Kesenian Barong

Kata Barong memiliki beberapa pengertian. Dalam bahasa Sansekerta, Barong memiliki arti Beruang yakti berasal dari kata "B(h)arwang".

Selain itu, barong berarti pula akar-akaran yang hidup di dekat rumpun bambu makna. Berarti juga pertunjukan yang berwujud tiruan dari binatang buas. Melihat dari arti kata tersebut, makna terakhir yang lebih mengarah pada kesenian Barong. Blambangan atau Banyuwangi memiliki beberapa barong, di antaranya : Barong Kemiren, Barong Prejeng, Barong Using atau Barong Blambangan.

Bentuk kesenian Barong adalah kepala berbentuk raksasa yang besar dengan mata melotot dan taring keluar. Kesenian Barong merupakan seni teater tradisional. Ceritanya diambil dari cerita rakyat yang terkenal adalah Barong Jarifah, yang mengisahkan perjuangan penduduk desa membuka area hutan dan digunakan untuk areal pertanian. Untuk membuka tempat baru tersebut, penduduk harus menghadapi makhluk-makhluk halus yang ada di hutan. Pementasan kesenian ini pada malam hari dan selesai pagi hari. Pesan untuk melestarikan hutan selalu disampaikan kepada para penonton. 

Share This:    Facebook  Twitter

Kesenian Kuntulan - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Kesenian Kuntulan

Kesenian Kuntulan sering disebut Terbang Kuntul. Kesenian ini tidak jauh berbeda dengan kesenian Bordah, namun jumlah alat instrumennya lebih banyak. Instrumennya dilengkapi dengan kend ang, kethuk, jedor, gong, dan organ. Nama kuntu Ian diambil dari para penari yang menggunakan pakaian serba putih seperti burung kuntul.

Awal nya, kesenian ini hanya menggunakan instrumen rebana dan jedor. Tetapi, dalam perkembangan-nya instrumennya ditambah dengan kendang, kethuk, dan gong. Kreasi ini kemudian disebut dengan Kundaran atau Kuntulan Dadaran.

Share This:    Facebook  Twitter

Kesenian Angklung - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Kesenian Angklung

angklung Banyuwangi
Angklung merupakan kesenian khas Banyuwangi Kesenian ini -dimainkan oleh 12 sampai 14 orang. Instrument musiknya terdiri dari Saron, Kendang dan gong. Sebagian besar peralatan yang digunakan berasal dari bambu.

Angklung memiliki beberapa macam yaitu:

  • Angklung Caruk
  • Angklung Tetak
  • Angklung Paglak
  • Angklung Dwilaras
  • Angklung Blambangan.

Share This:    Facebook  Twitter

Kesenian Jaranan Buto - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Kesenian Jaranan Buto

Kesenian Jaranan memang telah menyebar di tanah Jawa. Hampir di tiap daerah memiliki kesenian jaranan. Banyuwangi juga memiliki kesenian jaranan dengan berbagai variasinya. Salah satunya adalah Jaranan Buto. Perbedaan utama pada jaranan buto adalah kepala kuda kepang yang dipakai tidak berbentuk kuda. Tetapi berbentuk kepala raksasa, yang dalam bahasa Jawa disebut buto, dengan taring keluar dari mulutnya.

Kesenian ini sangat unik dan menarik. Pada puncak pertunjukan, biasanya penari mengalami kesurupan. Penari tidak sadar dan mengejar orang yang menggodanya dengan siulan. Kadang juga ditampilkan penari yang kesurupan menelan kaca dan api. Bahkan, ayam hidup yang dimakan kepalanya hingga mati.

Ada seorang pawang yang bertanggung jawab terhadap penari-penari atau penonton yang ikut kesurupan, Sang pawang bertugas menyadarkan para penari atau penonton yang kesurupan. 

Share This:    Facebook  Twitter

05 Juli 2022

Upacara Tradisional Seblang - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Upacara Tradisional Seblang

Banyuwangi memiliki dua kesenian Seblang yang berbeda yaitu : Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan.

SEBLANG OLEHSARI

Seblang merupakan upacara bersih desa untuk menolak balak yang diwujudkan dengan mementaskan kesenian sakral yang disebut Seblang, yang berbau mistis. Seblang Olehsari ditarikan oleh wanita muda selama tujuh hari berturut-turut. Sang penari menari dalam keadaan kesurupan. Dia menari mengikuti irama gending atau 28 lagu, yang dinyanyikan beberapa sinden.


SEBLANG BAKUNGAN

Seblang Bakungan merupakan upacara penyucian desa. Upacara ini dilakukan satu malam, tepatnya pada satu minggu setelah hari raya Idul Adha. Tujuan dari upacara ini adalah menolak balak.

Prosesi diawali ider bumi, yaitu parade oncor (obor) berkeliling desa yang diikuti penduduk desa. Seblang ditarikan oleh seorang wanita tua di depan sanggar.

Setelah diberi mantra-mantra, dia menari. 

Share This:    Facebook  Twitter

Tari Jejer Gandrung - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Tari Jejer Gandrung

" GANDRUNG " berarti mempesona atau menarik hati. Selama beratus - ratus tahun, Banyuwangi tercatat sebagai penghasil bumi yang baik. Gagasan para petani setelah menuai padi diadakan tarian sebagai rasa terima kasih kepada Dewi Sri, dewanya padi. Inilah asal mulanya tarian Gandrung.

Sekarang tarian ini dipakai sebagai tarian selamat datang untuk menyambut dan menghormati tamu. Biasanya disajikan pada acara pesta perkawinan, syukuran, serta pada acara-acara tradisional lainnya. 

Share This:    Facebook  Twitter

Asal-usul Gandrung Banyuwangi - Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran Banyuwangi Dalam Tulisan "VISITOR's GUIDE Book Banyuwangi East Java - Indonesia"

Lembaran yang sudah tersusun dalam bentuk buku ini, perlu anda ketahui untuk mengenal Banyuwangi lebih awal. Buku ini dikeluarkan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Regency Culture & Tourism Service) secara terbatas dan tidak diperjualbelikan.

Asal-usul Gandrung Banyuwangi


Dalam setiap prosesi upacara di Istana Majapahit sering dipentaskan suatu bentuk tarian istana, yang dikenal dengan istilah "Juru Angin", yaitu seorang wanita menari sambil menyanyi dengan begitu menarik. Penari tersebut diikuti Oleh seorang "Buyut", yaitu seorang pria tua berfungsi sebagai punokawan penari Juru Angin tersebut.

Bentuk tarian inilah, yang mungkin sebagai prototype suatu bentuk kesenian, yang sekarang dikenal dengan "Gandrung".

Hal ini dapat diasumsikan dari bentuk penampilan penari Gandrung yang selalu diikuti Oleh seorang pemain Kluncing atau lebih dikenal sebagai Pengudang.

Pengudang ini selalu memberikan lawakan-lawakan terkait tarian yang dibawakan oleh penari Gandrung.

Pada zaman kehidupan kerajaan-kerajaan, daerah sangat jauh dari pusat kerajaan, sehingga perkembangan seni budayanya mengikuti pola seni budaya pusat. Dalam masa perkembanganya sampai tahun 1890, di daerah Blambangan berkembang bentuk kesenian Gandrung, yang penarinya terdiri dari anak laki-laki berumur antara 7 sampai 16 tahun. Mereka berperan sebagai penari Gandrung dengan berpakaian wanita.

Pementasan seni gandrung laki-laki pada masa itu dilakukan dengan jalan keliling desa-desa, kemudian penari tersebut mendapatkan inatura. Gamelan pengiringnya terdiri dari gendang, kethuk, biola, gong dan kluncing. Penari gandrung laki-laki hanya mampu bertahan sampai 40 tahun. Namun, ada juga yang tetap memilih jadi penari Gandrung sampai akhir hayatnya.


Pelaksanaan pementasannya dilakukan pada malam hari, terutama pada bulan purnama di halaman terbuka. Penari Gandrung pria di tampilkan empat orang penari sekaligus menari secara bersama-sama. Pemilihan partner penarinya dilakukan dengan melemparkan ujung sampur kepada penonton yang mengelilinginya. Biasanya diawali dari bagian barat, timur, selatan, dan kemudian utara.

Pada perkembangan terakhir, penari Gandrung dibawakan oleh seorang wanita. Penari Gandrung wanita pertama juga penari Seblang bernama Semi, putri seorang penduduk Cungking bernama Mak Midah. Penduduk Desa Cungking sampai tahun 1850 masih beragama Ciwa.

Di desa yang sekarang berubah nama menjadi Kelurahan Bakungan inilah, sampai sekarang masih berkembang kesenian Seblang. Urutan penampilan biasanya diawali dengan tari jejer, baru kemudian disusul tari penari Gandrung. Biasanya diatur menurut datangnya tamu dalam arena tersebut.

Dalam mengatur urutan tersebut biasanya penari Gandrung dibantu oleh seorang gedong atau biasa disebut pramugari.

Pada akhirnya pertunjukkan ditutup dengan tari Seblang subuh, yang syair gendingnya mengandung petuah-petuah bagi para penonton. 

Share This:    Facebook  Twitter

05 Juni 2022

Memperingati Hari Bersepeda Dunia & Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Federalos Memperingati Hari Bersepeda Dunia & Hari Lingkungan Hidup Sedunia

RTH Maron Genteng
Lokasi : RTH Maron, Genteng

Masih semangat gowes ?, harus dong....

Ya, tanggal 03 & 05 juni bertepatan dengan hari Bersepeda dunia & hari lingkungan hidup sedunia. Kali ini saya mengikuti kegiatan bersepeda dalam rangka memperingati kedua hari spesial tersebut.

Sayangnya saya tidak bisa merapat ke Banyuwangi bagian utara tepatnya wilayah kota. Dimana rekan-rekan komunitas sepeda Federalos dan B2W Banyuwangi memperingati hari spesial tersebut.

Saya memutuskan untuk tetap ikut andil walau di beda tempat. Saya memutuskan untuk memperingati hari spesial tersebut dengan segelintir anggota Federalos di Banyuwangi wilayah selatan yang tepatnya di kecamatan Genteng.

Maklum, Banyuwangi itu lumayan luas bagi para pesepeda amatir seperti saya ini. Tapi luasnya kabupaten Banyuwangi masih kurang luas dibandingkan rahmat Allah SWT terhadap makhluk-Nya.

Komunitas Sepeda Banyuwangi
Banyuwangi Utara (Kota) : Rekan B2W Banyuwangi

Dari kiri : Edwan, Yusuf & Saya

Komunitas Sepeda Banyuwangi
Banyuwangi Utara (Kota) : Komunitas Federalos & B2W Banyuwangi



Bersepeda Mengajarkan & Melatih Kesabaran Pada Diri Saya. Semoga latihan ini bisa meresap pada setiap sendi-sendi dan pembuluh darah pada diri saya. Hidup harus tetap berirama, entah itu irama fals atau irama merdu menurut versi manusianya sendiri. Tapi kalau mau kita rasakan, pada akhirnya irama yang selama ini terputar & mau kita akui dengan hati lapang, yang terasa adalah irama yang sangat merdu. Sungguh unik hidup ini kalau kita serahkan pada kuasa-Nya. Semoga mengerucut pada keistiqomahan.

 

 

Share This:    Facebook  Twitter

06 Februari 2022

Tempe Penyet Spesial Gowes Ala Pulau Merah

Tempe Penyet Spesial Gowes ala Pulau Merah

Kami menyebutnya masakan Tempe Penyet Spesial Gowes ala Pulau Merah. Ya, kali ini semangat kami untuk gowes bareng tumbuh kembali. Kali ni kami merencanakan gowes bareng menuju lokasi wisata Banyuwangi yang terkenal yaitu Pulau Merah yang berada di sisi arah selatan kabupaten Banyuwangi. Pulau merah tepatnya terletak di wilayah selatan kabupaten Banyuwangi Kecamatan Pesanggaran dekat dengan tambang emas Tumpang Pitu. Berjarak sekitar 70 km-an dari pusat kota Banyuwangi atau 30 km-an dari kota Jajag. Lokasi wisata pulau merah mudah dijangkau dengan berbagai macam tipe kendaraan mulai dari sepeda sampai bus besar, Bahkan kalau mau berjalan kaki boleh saja jika sanggup.

Kali ini kami rencanakan gowes bareng menuju pulau merah. Karena niat kami gowes bahagia lahir batin sehat jasmani rohani hati senang perut kenyang, maka kami membawa peralatan masak dan perbekalan makan yang cukup lumayan dan penuh istimewa. Karena kami sudah merencanakan dalam gowes kali ini harus makan makanan yang spesial istimewa.

Seperti biasanya kami berangkat pagi dan berkumpul di titik pertemuan awal. Titik pertemuan awal kali ini masih tetap berada di rumahnya Fauzi. Saya berangkat dari rumah sembari bertemu Yanto di tengah jalan menuju desa Gunungsari. Yanto berangkat dari rumah saudaranya yang berada dekat di wilayah ia bekerja. Okelah kami segera langsung berkumpul dan terus melakukan perjalanan gowes bahagia kami menuju tempat wisata Pulau Merah.

Singkat cerita setelah kami melewati beberapa desa-desa seperti desa Sukorejo, Kesilir, Pesanggaran. Akhirnya kami sampai di tempat pintu masuk wisata Pulau Merah. Karena di rasa masih banyak waktu, kami mencoba melanjutkan perjalanan menuju ke arah Pelabuhan Pancer yang berjarak sekitar 4.5 Km-an. Cuaca yang cukup panas tidak mengurangi semangat gowes bahagia kami kali ini. Disini kami mencoba menjelajah beberapa lokasi d sekitaran pantai Pancer yaitu Pelabuhan & Tempat Pelelangan ikan Pancer. Bergerak menyusuri pantai Pancer kami menuju Pantai Mustika. Di pantai Mustika Pancer ini suasanya lebih sejuk dan segar berangin, Karena temapat ini sekarang di rawat dan di kembangkan menjadi tempat wisata yang indah. Banyak pohon cemara yang tumbuh dan tertata rapi serta banyak gubuk balai bengong yang cocok untuk beristirahat.

Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai pulau merah melewati jalan setapak di sepanjang deretan pantai dan beberapa kebun. Akhirnya kami sampai di area wisata pantai pulau merah. Kami segera mencari tempat untuk istirahat dan memasak perbekalan kami yang istimewa. Kami memasak Tempe Penyet Spesial dengan cita rasa istimewa dan bernuansa pantai pulau merah. Alhamdulillah UISTIMEWAAAHH..., Mari kita makan dan nikmati.





Pelabuhan Pancer


Pantai Mustika Pancer Banyuwangi





Share This:    Facebook  Twitter

19 Januari 2022

Bike Camp Sewu Sambang

Bike Camp Bukit Sewu Sambang
15-16 Januari 2022

Rasanya hari ini tidak sedang sejajar dengan baik. Niat hati ikut bike camp ke tempat wisata bukit sewu sambang bersama federalos yang ada di kota mobat-mabit kayak lampu lilin tertiup angin.

Ikut tidak, ikut tidak, ikut tidak. Mau ikut tidak ada teman mancal yang dari wilayah selatan. Tidak ikut kok ya di pekso sama teman-teman utara. Maklumlah, Banyuwangi ini wilayahnya cukuplah luas, tapi tetap tidak seluas cintaku padanya.

Okelah pada hari sabtu, saya tetap memutuskan mancal ke wilayah kota untuk bersua dengan teman-teman. Rencananya saya hanya bersua sebentar terus lanjut perjalanan pulang tanpa ikut acara kemah di bukit sewu sambang.

Okelah saya berangkat pagi melalui jalur Genteng menuju arah Gendoh (Temuguruh). Lanjut Singojuruh Alas Malang menuju Lemah bang Rogojampi. Lemahbang Rogojampi saya mengambil jalan lintas barat lalu memotong menuju Stasiun Rogojampi.

Dari stasiun Rogojampi langsung menuju arah kota Banyuwangi. Di sini saya sudah ditunggu oleh teman-teman yang sudah berada di area Pantai marina Boom.

Pantai Marina Boom Banyuwangi

Jembatan Pantai Marina Boom Banyuwangi


Wisata Bukit Sewu Sambang Banyuwangi
Suasana malam di Bukit Sewu Sambang Banyuwangi

Bukit Sewu Sambang Banyuwangi

Wisata Bukit Sewu Sambang

Wisata Bukit Sewu Sambang

Pantai Marina Boom Banyuwangi
Spot Photo Di Marina Boom Banyuwangi

Stasiun Temuguruh Banyuwangi
Stasiun Kereta Api Temuguruh - Banyuwangi

Stasiun Kereta Api Rogojampi Banyuwangi
Stasiun Kereta Api Rogojampi - Banyuwangi

Pantai Boom Banyuwangi
Gerbang Masuk Marina Boom Banyuwangi


Pantai Marina Boom Banyuwangi
Pantai Marina Boom Banyuwangi

Sebenarnya sejak saya sampai di pantai Marina boom, saya sudah di rayu paksa untuk ikut Bike Camp ke Bukit Sewu Sambang. Sampai sini saya tetap bingung mau ikut atau tidak, mengingat perjalanan pulang yang cukup jauh dan harus tepat pulang waktu untuk menyambung pekerjaan. Dan sampai berkunjung di kediaman om Yudi pun saya masih bimbang karena banyak yang harus di pertimbangkan. Hahahah 

Karena teman-teman tidak "omes" pada saya yang tidak menentukan keputusan, akhirnya om Didik mengambil kunci gembok sepeda dan mengikatkan sepeda saya ke gerbang pintu rumah om yudi.
dan ditinggal pulang untuk mengambil peralatan campingnya.

Lah dalah, lah dalah, lah dalah iki jenenge pemerkosaan eh pemaksaan. Ya weslah apa boleh buat, sudah terlanjur, lanjutkan. Sembari menunggu waktu pemberangkatan pada sore hari, saya memutuskan untuk beristirahat cukup.

Upaya teman-teman mengunci Sepeda saya di gerbang pintu, agar saya bisa ikut bike camp ini. 


Sore mendekati magrib sudah tiba saatnya bersiap mengepak keperluan berkemah mulai dari tenda, tikar, perlatan masak & beberapa bahan makanan termasuk telur dan bumbu-bumbu.

Pembagian bawaan sudah di atur seadil-adilnya dan sesuai porsi kekuatan masing-masing. Alhadmulillah saya sedikit dimanjakan cuma hanya kebagian bawa panci teplon dan panggangan diluar barang bawaan saya sendiri yang tidak terlalu banyak.


Persiapan selesai, kami berangkat mendekati gelap (magrib). Hujan menemani di tengah kehangatan kami dalam menuju Sewu Sambang. Beberapa kejadian lucu & penuh keharmonisan menhampiri kami selama perjalanan termasuk saling lempar kata-kata penyemangat ketika kami menemui beberapa tanjakan yang aduhai dan dalam suasana gelap yang bertemankan lampu senter. Juga terdengar ada beberapa teriakan bahwa tas salah satu teman kami loncat nyebur ke sungai. hahahahha


Kami sampai di lokasi sudah dalam keadaan gelap dan gerimis, kami mencari tempat yang aman & cukup damai mencari keheningan. Tenda kami dirikan, api dinyalakan sembari membuat kopi & menikmati pemandangan pelabuhan Ketapang dari atas bukit. Walaupun kami lelah, tapi kami bahagia & harmonis. Selamat tidur sampai ketemu di pagi hari.


Pagi Menjelang hari ke-2 !

Karena saya harus mengejar jam masuk kerja pada keesokan harinya, saya cukup terburu-terburu harus pulang sampai rumah sebelum pukul 9.45 wib. Sebenarnya ngin santai terlebih dahulu paling tidak sampai masuk siang. Tapi apa daya, ya sudah ngacir menuju selatan..
Semoga lain kesempatan, dapat menikmati waktu bersama-sama dengan senikmat-nikmatnya.

Wisata Bukit Sewu Sambang Banyuwangi

Pasar Rogojampi Banyuwangi
Pasar Rogojampi

Sesampainya di Rogojampi, saya merasa waktu saya tidak cukup untuk menuju rumah dengan pas. saya memutuskan naik bis. Tapi karena ongkos yang ditarik sangat besar, saya urungkan dan tetap mengayuh sampai rumah.

Dengan kayuhan yang konstan, saya bisa mengalahkan kekhawatiran saya dan malah masih sisa waktu yang cukup banyak. Dikarenakan kayuhan cukup saya paksa dengan kecepatan tinggi, saya cukup lelah, tenaga saya berkurang banyak dan saya putuskan mampir ke penjual es dawet yang berjarak beberapa kilometer dari rumah.

Sembari istirahat & memulihkan tenaga dan kemudian menuju rumah.

Es Cincau Hijau
Es Cincau Hijau Enak, Depan POM Yosomulyo

Menurut saya ini adalah pengalaman yang patut dikenang dalam hidup. Dengan orang-orang banyak pengalaman dibidangnya masing-masing & cerita-ceritanya yang menarik.


INI IKLAN JASA TRAVEL !

Travel yang melayani perjalanan Banyuwangi, Surabaya, Malang, Denpasar Bali, Madura & Gresik

Klik pada gambar, untuk terhubung langsung chat WhatsApp Aunal Travel


Share This:    Facebook  Twitter