View project Read more
28 April 2019
Rowo Bayu ning Green Gumuk Candi

Setelah beristirahat di Rowo Bayu, kami melanjutkan ke GGC (Green Gumuk Candi) yang berjarak sekitar ±9 km. Dari Rowo Bayu sampai pasar Songgon, kami selalu memegang rem & meluncur sangat cepat, dikarenakan jalanya menurun.

Ini menguntungkan bagi kami untuk menghemat tenaga tanpa mengayuh pedal sekaligus menakutkan. Karena ada hal tak terduga yang tiba-tiba melintas dijalanan.

Yup, kami sampai di pasar songgon dengan aroma khas buah durian. Tapi kami bersepeda tidak untuk itu. Haha..
Oh lihat.... wajah Yanto yang kelelahan dan menahan rasa sakit kakinya. Semoga semangantanya tidak menurun.

Yanto Melanjutkan Perbaikan Sepedanya
Dalam perjalanan menuju GGC, kami mengalami masalah. Hari yang tidak beruntung bagi Yanto. Pengoper belakang sepedanya rusak dan kami tidak membawa cukup alat untuk memperbaikinya. Kami hanya membawa tang kecil yang tidak cukup kuat untuk memperbaikinya. Setelah menenangkan pikiran, kami mendapat ide untuk meminjam sebuah tang besar ke penduduk setempat. Kami sangat beruntung masih ada orang yang baik. Setelah kami memperbaikinya walau tidak 100 persen dan seharusnya diganti, tapi kami masih bisa melanjutkan perjalanan.
Sambutan Hangat Dari Uus & Haris
Kami memutuskan untuk melanjutkan sampai tujuan kami yaitu GGC (Green Gumuk Candi). Setelah kami sempatkan untuk ambil foto, kami putuskan untuk mampir di rumah teman kami yang berjarak ±3 km. Teman kami adalah pengantin baru, ia baru saja melakukan pernikahannya. Disini kami disambut hangat dengan suguhan berbagai makanan kue. Sembari mengobrol kami melanjutkan perbaikan sepeda kami yang rusak. Terima kasih Uus & Haris, akhirnya kami bisa mengsisi tenaga kami kembali dan pulang dengan selamat.

Perjalanan Sebelumnya : Mancal ning Rowo Bayu

1 comments
28 April 2019
Mancal Ning Rowo Bayu
Pertapaan Prabu Tawang Alun Macan Putih Rowo Bayu
Dimulai dengan semangat yang kurang & didukung oleh rasa malas yang berkelanjutan. Pagi yang mendung dan malam sebelumnya yang hujan cukup menciutkan rencana bersepeda hari ini. Bangun tidur yang sedikit lewat dari jadwal dan panggilan suara subuh toa/speaker masjid yang tak terhiraukan.

Yup, setelah mengadu pilihan antara berangkat tidak berangkat tidak, akhirnya diputuskan untuk berangkat. Karena ada sebuah teman di belahan kecamatan sana yang juga sudah siap bertemu dititik yang sudah kami tentukan sebelumnya. Kami bertemu di Singojuruh untuk melanjutkan dengan tujuan Rowo Bayu, Songgon.

Taman Gendoh

Yup, akhirnya saya berangkat dengan tanpa persiapan membawa kebutuhan seperti biasanya yaitu air & biskuit. Dalam perjalanan saya niatkan untuk berhenti disebuah minimarket yang ada di depan Taman Gendoh untuk membeli kebutuhan air & biskuit. Namun apa daya, minimarket belum buka karena masih pagi. Ah... apesnya.

Saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan tujuan ke arah titik pertemuan (Singojuruh). Untungnya suasana masih pagi dan tidak begitu panas. Jadi cukup aman untuk menghindari dehidrasi.

Warung Seblang Singojuruh

Akhirnya setelah beberapa kilo meter, kami bertemu dan langsung saya meminta sedikit air pada teman saya. Setelah berada didepan warung Seblang, saya berniat berhenti untuk membeli air di minimarketnya. Ahh...... lagi-lagi saya kurang beruntung, minimarketnya masih tutup dan hanya mengambil beberapa foto di depan warung tersebut.

Kami meneruskan perjalanan ke Rowo Bayu. Perjalanan menuju Rowo Bayu kami putuskan melalui jalur desa Padang ke Bedewang & terus Songgon.

Bedewang

Jalan cukup menanjak dan hanya ada beberapa kilo yang rata dengan kondisi cukup rusak dibeberapa titik. Kami beberapa kali berhenti untuk mengistirahatkan badan dan mengumpulkan energi. Selang beberapa waktu, tak terasa kami sampai di sekitar pasar Impres Songgon.  

Yanto, sedang mengistirahatkan badanya ditepi jalan Bedewang dengan pemandangan yang asri dan udara yang masih segar.


Setelah beristirahat yang cukup dan kembali kuat, kami melanjutkan menuju Rowo Bayu dengan jalan yang menanjak. Semakin menanjak, semakin banyak air minum yang kami habiskan untuk menuju lokasi Rowo Bayu.

Rowo Bayu adalah sebuah kolam rawa yang di area ini ada tempat petilasan dari pertapaan Prabu Tawang Alun Macan Putih. Rowo Bayu terletak di desa Bayu kecamatan Songgon. Rowo Bayu selain menjadi tempat tujuan jiarah umat Hindu, juga dibuka untuk umum sebagai tempat wana wisata. Lokasinya yang sejuk dengan banyak pepohonan serta perkebunan pinus yang menjulang tinggi.

Monumen Perang Puputan Bayu 1771

Monumen Peringatan Perang Puputan Bayu (Tetenger Perang Puputan Bayu) 18 Desember 1771.

Dari monumen ini jalan makin menanjak dan kami banyak mendorong sepeda. Yanto mendorong sepedanya sampai jauh.
Desa Bayu Songgon
 Alhamdulillah saya masih diberi energi ekstra untuk tetap mengayuh pedal.
Desa Songgon Banyuwangi

Selalu ada banyak alasan untuk tidak terlihat lemah. Haha...
Di tanjakan kami bertemu 3 wanita petani yang habis pulang dari sawah.
Pada saat mengambil foto posisi duduk, Yanto mencoba menahan rasa sakit pada kakinya. Lihat wajahnya yang sedikit mengerang kesakitan.
Wisata Rowo Bayu Songgon Banyuwangi
 1 km lagi.
Ah... tujuan yang sempurna untuk didatangi. Alamnya yang indah, segar, sejuk memberikan kedamaian yang sebenarnya.

Situs pertapaan Prabu Tawang Alun rowo bayu
Lokasi "Pertapaan Prabu Tawang Alun" untuk bisa masuk dan jiarah/berdo'a didalamnya anda harus meminta ijin kepada penjaganya (juru kunci).
Rowo Bayu Bukan Desa KKN Sang Penari

Lokasi kolam rawa yang asri dikelilingi oleh pepohohan dan berbagai macam tumbuhuan semak.
Rowo Bayu Bukan Desa KKN Sang Penari

Perjalanan Selanjutnya :  Rowo Bayu ning GGC (Green Gumuk Candi)
13 April 2019
Pura Anta Boga ning Air Terjun Watu Gedek

Setelah menunggu hujan dan akhirnya reda, kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun Watu Gedek di dusun Parastembok desa Jambewangi. Berjarak ±5 km dari Anta Boga, kami melewati jalan di tengah perkebunan pinus (Persil) dengan kondisi basah dan licin. Suasana yang sudah mulai redup karena sore dan mendung membuat keadaan menjadi nikmat dan syahdu.

Yup, tak banyak yang bisa kami lakukan di sepanjang jalan ini selain terus mengayuh pedal. Karena kami harus sampai di lokasi tujuan sebelum gelap/malam. Ini merupakan tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami sebelum pulang.

Memasak mie instan dengan bahan bakar kayu. Tapi sangat sulit membakar kayu basah karena habis terkena air hujan. Tapi tak menyurutkan semangat kami untuk terus membuatnya menyala. Haha.... Mereka berdua sangat senang sekali menikmati suasana seperti ini.
Menikmati mie instan panas dan kopi di alam terbuka adalah penutup yang sempurna untuk perjalanan yang penuh semangat ini.

Perjalanan Sebelumnya : Air Terjun Legomoro ning Anta Boga
0 comments