16 Juni 2019

16 Juni 2019 - Mancal ning Tegallywood

16 Juni 2019
Mancal ning Tegallywood

Masih semangat bersepeda.....?! lak wes gak semangat, yo peksoen ae..
Pemandangan yang indah nan apik mengawali di pagi hari ini. Jembatan, Sungai, Persawahan, Gunung Dan sinar sang surya yang selalu hangat. Kita mulai perjalanan menuju arah kota Genteng (Jembatan Wiroguno) terus lanjut menuju kecamatan Tegalsari dengan tujuan "Tegallywood". Tegallywood adalah tempat terbuka hijau berlokasi di lapangan Tegalsari dekat pasar Krempyeng sebelah barat pasar.
Jembatan Wiroguno
Jembatan Wiroguno yang menjadi penghubung antra kecamatan Gambiran dengan Tegalsari. Dekat dengan Genteng.
Tegallywood Tegalsari Banyuwangi

Setelah dari sini, lanjut terus ke arah barat menuju desa Karangdoro & Blokagung dengan masih pemandangan khas pedesaan yang dikelilingi persawahan. Tambah indah dengan pemandangan gunung-gunung yang menjulang. Tempat yang asri memang.

Pemandangan Banyuwangi
Gunung Raung yang terlihat dari kecamatan Tegalsari
Tegalsari Banyuwangi
Pos Kampling dengan latar persawahan dan gunung
Tegalsari Banyuwangi

SMK Negeri 2 Mabaidul Ihsan Tegalsari Banyuwangi
Melewati sekolah menengah kejuruan negeri 2 Mabadi'aul Ihsan Tegalsari.
Berjejer gunung-gunung indah yang sedikit tertutup awan
Desa Karangdoro Banyuwangi
Masih tampak indah nan asri di desa Karangdoro
Lapangan Blokagung banyuwangi
Area lokasi pondok pesantren darussalam Blokagung, nampak pemandangan yang indah.
Blokagung Banyuwangi

Blokagung Banyuwangi

MTB Federal Banyuwangi

Blokagung Banyuwangi



Kebondalem Bangrejo Banyuwangi
Perairan yang berada di area Dam Sere, Kebondalem - Bangorejo
Sekian perjalanan ini, kita tutup dengan desa Kebondalem Bangorejo yang selalu asri dan dialiri air yang mengalir indah.

Jangan menanti perjalanan saya berikutnya, dikarenakan perjalanan saya tidak selalu seru dan menarik untuk diikuti. Kita tahu foto yang indah bisa dipengaruhi sumber daya yang memadai. Tapi rasa, hanya bisa dinikmati dengan perjalanan.

Sekian tulisan ngawur saya ini, bila ada kalimat yang keliru tolong dibetulkan.

Share This:    Facebook  Twitter

14 Juni 2019

11 Juni 2019 - Mancal Kupatan 1440H

11 Juni 2019
Mancal Kupatan 1440H

Kupatan atau Hari Raya Kupat adalah sebuah tradisi yang digelar setelah pasca bulan puasa/ramadhan terutama di Jawa. Kupatan ditandai dengan membuat Kupat/Ketupat lalu dibuat sajian untuk slametan/syukuran bersama. Kalau diwilayah Banyuwangi terutama yang masih beraroma adat warga using (Srono, Rogojampi, Songgon, Singojuruh dll), biasanya ketupat dibuat 2 kali yaitu pas hari raya ke-1 (1 syawal) dan hari ke-7 (7 syawal) yang digunakan sebagai tanda penutup berkahirnya hari raya. Sedangkan untuk adat jawa seperti di (Jajag dll) hanya membuat 1 kali di hari ke-7 Sebagai tanda penutup hari raya.
Kupatan

Saya mulai berangkat fajar dari kota Jajag menuju rumah Srono untuk memburu seporsi penuh menu spesial yang hanya ada pada momen hari raya yaitu "Ketupat Sayur" dengan tambahan menu langka lainnya yaitu "Pelasan Oleng" (*Pepes Ikan Sidat). Momen Spesial ditambah makanan spesial jadinya ...... ?

Kenapa harus ke Srono..? Karena disana sudah dilaksanakan acara tradisi kupatan. Untuk Kupatan sendiri, diberbagai wilayah Banyuwangi berbeda-beda hari pelaksanaanya. ada yang hari ke-5, malam hari ke-7, hari ke-7 atau hari ke-8. Tapi pada umumnya pada hari ke-7. Untuk Sayur ketupatnya sendiri mempunyai ciri khas masakan disetiap wilayahnya. Contoh saja rumah Jajag dengan yang disrono. Untuk yang di Jajag berisikan kuah santan, tahu, tempe, wortel, irisan daging/kulit sapi dan jarang menggunakan kacang tolo. Sedangkan untuk yang di Srono mempunyai khas masakan yang selalu menggunakan kacang tolo, tahu, tempe tanpa wortel & irisan daging. Rasanyapun selalu unik dan selalu dikangeni setiap tahunnya.

Situs Siti Hinggil Muncar Banyuwangi

Setelah melahap ketupat sayur dengan khitmad dan penuh kehangatan karena dekat denga keluarga. Saatnya undur diri untuk meneruskan perjalanan yang tujuan utamanya adalah Jajag - Srono - Genteng - Tegalsari - Jajag. Tapi apalah daya, tujuan berubah menjadi Jajag - Srono - Muncar - Cluring - Jajag.

Perut kenyang, hati tenang dan mancal menjadi riang. langsung menuju pusat kota Muncar yaitu di dekat pasar Brak Muncar ada sebuah tempat sejarah yaitu "Situs Siti Hinggil".


Melanjutkan perjalanan dari Siti Hinggil menuju pantai Palu Kuning. Rencanane sih, arep nang Gumuk Kantong. Tapi apalah daya lupa jalan dan salah jalan yang mengakibatkan malah menuju pantai palu kuning. disebelah utaranya pantai gumuk kantong. Maklum disini, banyak area tambak untuk budidaya udang yang lokasinya banyak dipagar untuk keamanan. Sehingga banyak jalan-jalan menuju pantai menjadi terpisah-pisah.
Pantai Palukuning Muncar Banyuwangi

Cuaca mendung dan sedikit gerimis di lokasi pantai palu kuning.
Pantai Palukuning Muncar Banyuwangi

Dusun Tratas Muncar Banyuwangi
Melanjutkan perjalanan menuju pantai cemara & mangrove Muncar. Tapi sebelum menuju kesana saya melewati dusun tratas dengan area dominasi bangunan pabrik pengalengan ikan sarden dan beberapa gudang penyimpanan ikan.
Muncar Banyuwangi
Masih ada beberapa hektar sawah di dekat bangunan pabrik dan gudang.


Desa Wringinputih Muncar Banyuwangi

Akhirnya memasuki desa Wringinpitu yang kemudian menuju pantai cemara & mangrove. Cuaca cukup panas tapi berangin segar.

Saya tidak sempatkan masuk ke lokasi wisata pantai cemara & mangrove dengan alasan waktu. Lanjut kembali untuk pulang lewat desa Plampangrejo. Disini saya sempatkan mampir untuk silaturahmi di rumahnya teman saya mbak nina. Saya mendapatkan sambutan hangat dan bahkan disajikan makanan ketupat. Terima kasih mbak nina & mas supri atas keramahanya.

Mbak Nina & mas Supri merupakan pemilik agen penjualan rumah herbal minyak kutus-kutus yang diberi nama "Griyo SP".

Rumah Herbal Kutus Kutus Banyuwangi Griyo SP

Sekian tulisan ngawur saya ini, yang kadang begitu sangat ngawur dan tidak begitu bermanfaat.
Share This:    Facebook  Twitter

13 Mei 2019

Aku dan MTB Federal Indonesia

MTB Federal Indonesia
We Recycle, Rebuild & Conserve
komunitas mtb federal
Dikutip dari MTBFederal.com - MTB Federal Indonesia merupakan sebuah komunitas pecinta sepeda lawas  buatan Indonesia bermerek Federal™ yang terbentuk pada 16 Januari 2009 berawal dari grup di situs jejaring sosial Facebook. Dari tahun ke tahun anggota grup semakin banyak dan hingga terlaksana sebuah acara berkumpul langsung atau istilah populernya kopi darat. Acara tersebut bernama Tunjukkan Federalmu atau disingkat TF yang diadakan tiap-tiap daerah dalam periode tertentu.

Saya sendiri mengetahui  dan bergabung di group MTB Federal ini sekitar tahun 2013an akhir kalau nggak salah ingat. Pada saat itu saya menyadari bahwa dalam kehidupan ini membutuhkan semacam penyeimbang kegiatan (hiburan positif) diluar pekerjaan yang kadang menjenuhkan. Saya sendiri tidak memiliki hobi seperti orang pada umumya seperti hobi memancing misalnya. Pada saat itu saya terpikir dengan kata "sepeda". Kata sepeda terilhami dari sebuah ajang olahraga balap sepeda (ITdBI) di kota kelahiran saya sendiri yaitu Banyuwangi beberapa belakangan ini.
 
sepeda federal
2013-10-11 | Federal City Cat
Pada awalnya, saya tertarik untuk mencari rujukan/referensi tentang sepeda balap/roadbike. Entah kenapa dalam pencarian tersebut, saya malah dipertemukan oleh komunitas ini. Dan entah mungkin sudah jodohnya yang sudah digariskan oleh Tuhan, saya menemukan sepeda Federal di gudang tempat saya bekerja. Singkat cerita, terjadilah negosiasi antara saya dan si Bos. Cukup lama memang, antara awal negosiasi sampai benar-benar dilepaskan untuk saya pinang. Alhamdulillah memang sudah jodohnya tadi mungkin, diberikannya sepeda ini dengan gratis dan hanya dibayar dengan syarat "siap membantu memasang peralatan yang ada di kantor cabang" pada saat itu.

Sebenarnya ada 2 unit sebuah di gudang saat itu. Tapi hanya boleh dibawa 1 unit saja. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih dan membawa Federal City Cat warna putih biru. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bersemangat untuk mengendarainya walaupun hanya untuk keliling kampung atau ber-bike to work ke tempat kerja setiap hari. Memang selalu ada cerita yang menarik dari sepeda Federal ini dan lebih banyak cerita kembali di dalam komunitas sepeda federal ini.

Andius w

BUTUH WAKTU LAMA
Karena kondisinya yang masih baik dan original termasuk bannya, jadi tidak perlu lama untuk bisa segera dipakai. Hanya perlu melakukan perbaikan kecil di setiap sisinya. Yang memerlukan proses lama itu adalah mempersiapkan diri untuk tidak malu/gengsi untuk menaiki sepeda tua/jadul nan kusam di sela-sela sepeda model mtb yang modern pada saat ini. Awalnya cukup canggung karena selain sudah lama tidak pernah naik sepeda, juga kondisi sepeda yang sudah masuk nominasi model rongsokan. Tapi semua itu tertolong dengan adanya kata istilah "Vintage" dan semangat-semangat yang luar biasa dari adanya sebuah komunitas. Semacam motivasi yang luar biasa dari sebuah komunitas MTB Federal, saya menjadi merasa percaya diri untuk menaiki sepeda ini setiap harinya.


Setelah percaya diri muncul dan menjadi nyaman bahkan ketergantungan terhadap sepeda ini, munculah rasa untuk mengupgrade dari yang masih original polosan menjadi model touring. Yah, proses ini cukup menyakitkan bagi saya. Karena proses ini memerlukan tidak sedikit biaya, apalagi bagi karyawan kecil seperti saya yang gajinya masih cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

Tapi itulah "seninya".
Didalam proses-proses yang ada, pelan-pelan, sedikit demi sedikit, nabung, nyicil beli komponen, sampai waktu ini malah seperti timbul rasa ikatan batin antara sepeda dengan pemiliknya. Dan sampai detik ini, saya masih melakukan proses....

Federal Banyuwangi
MTB Federal Chapter Banyuwangi itu sejatinya ada tapi belum ada. Ternyata ada beberapa pemakai sepeda Federal dan mengerti komunitas Federal. Tapi untuk pembetukan chapter Federal Banyuwangi masih sebatas wacana menurut saya. Ada Federalist yang bernama Mas Agus berdomisili di Tegalsari beserta beberapa kawan dengan menamakan Federal Santri Mancal Sarung.
Kenapa Federal Santri Mancal Sarung ?, karena mayoritas kawan-kawan disana adalah merupakan santri pondok. Saya sendiri bertemu & berkenalan dengan Mas Agus secara tidak sengaja. Karena dia merupakan masih tetangga saudaranya istri saya yang ada di Tegalsari. Ya... masih bisa dikatakan ada jalur tali persaudaraan, tapi agak jauh.
Tapi chapter ini belum sepenuhnya mewakili nama daerah Banyuwangi sebagai identitas. Ada beberapa usulan dan ide yang muncul untuk membentuk chapter di Banyuwangi dengan nama Fed Wangi (Federal Banyuwangi). Tapi entahlah sampai saat ini belum 100% fix terbentuk secara simbolis oleh kawan-kawan.

Tapi untuk identitas dikomunitas pusat, sudah tercatat dengan nama FEDWANGI atau Federal Banyuwangi. Terlepas dari identitas chapter seperti itu, kita semua bangga naik sepeda Federal dengan sebutan FEDERALIST dengan slogan "Satu Sepeda, Sejuta Saudara".

Mantab pakai B.
Share This:    Facebook  Twitter

29 April 2019

28 April 2019 - Rowo Bayu ning Green Gumuk Candi

28 April 2019
Rowo Bayu ning Green Gumuk Candi

Setelah beristirahat di Rowo Bayu, kami melanjutkan ke GGC (Green Gumuk Candi) yang berjarak sekitar ±9 km. Dari Rowo Bayu sampai pasar Songgon, kami selalu memegang rem & meluncur sangat cepat, dikarenakan jalanya menurun.

Ini menguntungkan bagi kami untuk menghemat tenaga tanpa mengayuh pedal sekaligus menakutkan. Karena ada hal tak terduga yang tiba-tiba melintas dijalanan.

Yup, kami sampai di pasar songgon dengan aroma khas buah durian. Tapi kami bersepeda tidak untuk itu. Haha..
Oh lihat.... wajah Yanto yang kelelahan dan menahan rasa sakit kakinya. Semoga semangantanya tidak menurun.

Yanto Melanjutkan Perbaikan Sepedanya
Dalam perjalanan menuju GGC, kami mengalami masalah. Hari yang tidak beruntung bagi Yanto. Pengoper belakang sepedanya rusak dan kami tidak membawa cukup alat untuk memperbaikinya. Kami hanya membawa tang kecil yang tidak cukup kuat untuk memperbaikinya. Setelah menenangkan pikiran, kami mendapat ide untuk meminjam sebuah tang besar ke penduduk setempat. Kami sangat beruntung masih ada orang yang baik. Setelah kami memperbaikinya walau tidak 100 persen dan seharusnya diganti, tapi kami masih bisa melanjutkan perjalanan.
Sambutan Hangat Dari Uus & Haris
Kami memutuskan untuk melanjutkan sampai tujuan kami yaitu GGC (Green Gumuk Candi). Setelah kami sempatkan untuk ambil foto, kami putuskan untuk mampir di rumah teman kami yang berjarak ±3 km. Teman kami adalah pengantin baru, ia baru saja melakukan pernikahannya. Disini kami disambut hangat dengan suguhan berbagai makanan kue. Sembari mengobrol kami melanjutkan perbaikan sepeda kami yang rusak. Terima kasih Uus & Haris, akhirnya kami bisa mengsisi tenaga kami kembali dan pulang dengan selamat.

Perjalanan Sebelumnya : Mancal ning Rowo Bayu

Share This:    Facebook  Twitter

28 April 2019 - Mancal Ning Rowo Bayu

28 April 2019
Mancal Ning Rowo Bayu
Pertapaan Prabu Tawang Alun Macan Putih Rowo Bayu
Dimulai dengan semangat yang kurang & didukung oleh rasa malas yang berkelanjutan. Pagi yang mendung dan malam sebelumnya yang hujan cukup menciutkan rencana bersepeda hari ini. Bangun tidur yang sedikit lewat dari jadwal dan panggilan suara subuh toa/speaker masjid yang tak terhiraukan.

Yup, setelah mengadu pilihan antara berangkat tidak berangkat tidak, akhirnya diputuskan untuk berangkat. Karena ada sebuah teman di belahan kecamatan sana yang juga sudah siap bertemu dititik yang sudah kami tentukan sebelumnya. Kami bertemu di Singojuruh untuk melanjutkan dengan tujuan Rowo Bayu, Songgon.

Taman Gendoh

Yup, akhirnya saya berangkat dengan tanpa persiapan membawa kebutuhan seperti biasanya yaitu air & biskuit. Dalam perjalanan saya niatkan untuk berhenti disebuah minimarket yang ada di depan Taman Gendoh untuk membeli kebutuhan air & biskuit. Namun apa daya, minimarket belum buka karena masih pagi. Ah... apesnya.

Saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan tujuan ke arah titik pertemuan (Singojuruh). Untungnya suasana masih pagi dan tidak begitu panas. Jadi cukup aman untuk menghindari dehidrasi.

Warung Seblang Singojuruh

Akhirnya setelah beberapa kilo meter, kami bertemu dan langsung saya meminta sedikit air pada teman saya. Setelah berada didepan warung Seblang, saya berniat berhenti untuk membeli air di minimarketnya. Ahh...... lagi-lagi saya kurang beruntung, minimarketnya masih tutup dan hanya mengambil beberapa foto di depan warung tersebut.

Kami meneruskan perjalanan ke Rowo Bayu. Perjalanan menuju Rowo Bayu kami putuskan melalui jalur desa Padang ke Bedewang & terus Songgon.

Bedewang

Jalan cukup menanjak dan hanya ada beberapa kilo yang rata dengan kondisi cukup rusak dibeberapa titik. Kami beberapa kali berhenti untuk mengistirahatkan badan dan mengumpulkan energi. Selang beberapa waktu, tak terasa kami sampai di sekitar pasar Impres Songgon.  

Yanto, sedang mengistirahatkan badanya ditepi jalan Bedewang dengan pemandangan yang asri dan udara yang masih segar.


Setelah beristirahat yang cukup dan kembali kuat, kami melanjutkan menuju Rowo Bayu dengan jalan yang menanjak. Semakin menanjak, semakin banyak air minum yang kami habiskan untuk menuju lokasi Rowo Bayu.

Rowo Bayu adalah sebuah kolam rawa yang di area ini ada tempat petilasan dari pertapaan Prabu Tawang Alun Macan Putih. Rowo Bayu terletak di desa Bayu kecamatan Songgon. Rowo Bayu selain menjadi tempat tujuan jiarah umat Hindu, juga dibuka untuk umum sebagai tempat wana wisata. Lokasinya yang sejuk dengan banyak pepohonan serta perkebunan pinus yang menjulang tinggi.

Monumen Perang Puputan Bayu 1771

Monumen Peringatan Perang Puputan Bayu (Tetenger Perang Puputan Bayu) 18 Desember 1771.

Dari monumen ini jalan makin menanjak dan kami banyak mendorong sepeda. Yanto mendorong sepedanya sampai jauh.
Desa Bayu Songgon
 Alhamdulillah saya masih diberi energi ekstra untuk tetap mengayuh pedal.
Desa Songgon Banyuwangi

Selalu ada banyak alasan untuk tidak terlihat lemah. Haha...
Di tanjakan kami bertemu 3 wanita petani yang habis pulang dari sawah.
Pada saat mengambil foto posisi duduk, Yanto mencoba menahan rasa sakit pada kakinya. Lihat wajahnya yang sedikit mengerang kesakitan.
Wisata Rowo Bayu Songgon Banyuwangi
 1 km lagi.
Ah... tujuan yang sempurna untuk didatangi. Alamnya yang indah, segar, sejuk memberikan kedamaian yang sebenarnya.

Situs pertapaan Prabu Tawang Alun rowo bayu
Lokasi "Pertapaan Prabu Tawang Alun" untuk bisa masuk dan jiarah/berdo'a didalamnya anda harus meminta ijin kepada penjaganya (juru kunci).
Rowo Bayu Bukan Desa KKN Sang Penari

Lokasi kolam rawa yang asri dikelilingi oleh pepohohan dan berbagai macam tumbuhuan semak.
Rowo Bayu Bukan Desa KKN Sang Penari

Perjalanan Selanjutnya :  Rowo Bayu ning GGC (Green Gumuk Candi)
Share This:    Facebook  Twitter